Strawberry Generation?

Generasi Milenial adalah masyarakat sosial yang melek dan adaptable pada teknologi. Mereka cenderung suka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah segala aktivitas, tak terkecuali aktivitas belanja. Dengan kemajuan teknologi cara pembayaran membuat generasi ini makin cashless (cenderung tak membawa uang tunai).

Generasi Milenial atau generasi Y merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1980 hingga tahun 1995/1996 pada saat teknologi telah maju. Mereka tumbuh di dunia yang telah mahir menggunakan media sosial dan juga smartphone sehingga otomatis mereka sangat mahir dalam teknologi. Generasi milenial sering dinilai sebagai generasi yang malas karena sering bermain ponsel.

Dari kalimat diatas, pasti kalian tidak asing dengan generasi milenial, tapi tahukah bahwa ada sebutan untuk generasi setelah milenial?

Nama generasi tersebut ialah strawberry generation. Sebutannya terlihat lebih menarik bukan? Kalian tahu atau pernah dengar apa itu generasi stroberi? 

Yuk, kita bahas

Istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan yang ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry. Generasi stroberi didefinisikan ibarat potret buah stroberi yang nampak secara tampilan eksotis namun begitu dipijak atau dibenturkan, buah itu akan begitu mudah untuk hancur. 

Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya, istilah ini menggambarkan tentang realitas generasi saat ini (yakni generasi kelahiran tahun 2000 ke bawah). Strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi tersebut dapat kita lihat melalui laman-laman sosial media. Begitu banyak gagasan-gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.

Mengapa ungkapan tersebut disematkan dalam zaman sekarang?

Karena perumpamaan tersebut dihubungkan dengan generasi baru yang cepat sekali rusak dan goyah oleh perkembangan di sekitarnya maka anak tersebut dapat memiliki mental yang lemah, mudah sakit hati dan kecewa, kurang cerdas dalam mengambil keputusan.

Apabila hal ini terjadi karena berasal dari didikan para orang tua yang membesarkan anak-anak di kondisi yang lebih sejahtera serta menjadikan anaknya sebagai objek didik karena orang tuanya memiliki uang sehingga segala kebutuhannya selalu dibelikan seperti bajunya, gadgetnya, atau pun pacarnya perlu orang tuanya juga yang harus untuk mengambil keputusan. Dampaknya akan dirasakan ketika terjun ke dunia pekerjaan nanti seperti mereka lemah dalam mengambil keputusan dan Self Driving Mentality nya juga melemah. 


Perlu diperhatikan khususnya terhadap orang tua agar mendidik dengan baik generasi muda. Mereka selain memerlukan asupan pengetahuan juga butuh pelatihan untuk mentalnya. Agar generasi muda bukan hanya memiliki kekuatan dalam segi pengetahuan dan teknologi tetapi juga mental dan psikis agar tidak mudah terombang-ambing.

Kondisi tersebut sudah melekat erat pada setiap generasi muda saat ini termasuk pada diri saya yang merupakan generasi kelahiran tahun 2000-an. Dimana era tersebut sudah bermunculan teknologi yang semakin canggih sehingga banyak generasi muda yang merasa malas, mudah tersurut emosi. Apabila dalam mengerjakan sesuatu selalu tergesa-gesa bahkan sering mengambil jalan pintas yang dianggap mudah. Maka hal itu, kita tidak bisa merasakan apa yang dinamakan proses dalam mencapai serta mewujudkan yang kita inginkan.


Demikian ulasan yang saya berikan tentang strawberry generation. Semoga dengan sedikitnya ulasan tersebut bisa menambah informasi terhadap pembaca.

Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

IT Governance

Pentingnya Mempelajari Sistem Informasi

Development And IT Operations